10 Resep Sukses Bangsa Jepang

Semua dunia mengakuinya kalau orang jepang memang luar biasa.Setelah luluh lantak di bom atom pada tahun 1945 oleh sekutu / amerika,bukan hanya nyawa,infrastruktur yang hancur,tapi hancur pula segala sendi-sendi perekonomian,sosial,politik dan masih banyak lagi lainya.Boleh di bilang Jepang saat itu di mulai dari nol lagi.Tapi apa sekarang yang kita lihat.Semua sudah berubah 360 derajat.Hampir semua teknologi di kuasai oleh Jepang.Sebenarnya apa sih resepnya, kenapa bangsa Jepang dengan cepatnya menjadi bangsa yang sangat maju.Inilah artikel sangat menarik yaitu 10 Resep Sukses Bangsa Jepang yang saya petik dari tempat saya bekerja.

10 Resep Sukses Bangsa Jepang


1.KERJA KERAS

2.MALU
3.HIDUP HEMAT
4.LOYALITAS
5.INOVASI
6.PANTANG MENYERAH

7.BUDAYA BACA
8.KERJASAMA KELOMPOK
9.MANDIRI

10.JAGA TRADISI

1. KERJA KERAS


Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras.Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun),Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di  Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di  negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama.Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan "agak memalukan" di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut  termasuk "yang tidak dibutuhkan" oleh perusahaan.

2. MALU


Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh  diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai,  yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena "mengundurkan diri" bagi para pejabat (menteri,  politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang  bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan.Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan
ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.

3. HIDUP HEMAT


Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik  punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.

4. LOYALITAS


Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi  dari industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate,  yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.

5. INOVASI


Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati  oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete tape tidak ditemukan oleh Sony,  patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil  mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang  booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada  masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir  dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan  kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki
orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan  industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.

6. PANTANG MENYERAH


Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan  pantang menyerah. Puluhan tahun di bawah kekaisaran Tokugawa yang menutup  semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi.
Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumberdaya alam juga tidak  membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi,  batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari  negara lain termasuk Indonesia... Kabarnya kalau Indonesia menghentikan  pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita.

Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima  dan Nagasaki, disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan  adanya gempa bumi besar di Tokyo. Ternyata Jepang tidak habis. Dalam  beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif  dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen). Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkirdari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai  dari nol untuk membangun industrisehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian.

Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk  cassete tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori di mana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan saya akan kupas lebih jauh tentang ini


7. BUDAYA BACA


Jangan kaget kalau Anda datang ke Jepang dan masuk kedensha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya, baik anak-anak maupun dewasa, sedang  membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang  memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai  membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik  SD, SMP maupun SMA.

Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah  komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh  kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa Inggris,  Perancis, Jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing  sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institute penerjemahan  dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa  Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya  diterbitkan.

8. KERJASAMA KELOMPOK


Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa "1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok". Musyawarah mufakat  atau sering disebut dengan "rin-gi" adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam "rin-gi".

9. MANDIRI

Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Irsyad, anak saya yang paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien) di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung  di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan  sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA  dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada  orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University  mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari.  Kalaupun kehabisan uang, mereka "meminjam" uang ke orang tua yang itu nanti  mereka kembalikan di bulan berikutnya.

10. JAGA TRADISI


Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan  tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak  bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini.

Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari Anda  naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki, maka jangan kaget kalau  yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan.

Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata "tidak" untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena "hai" belum tentu "ya" bagi orang Jepang.

Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya.Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak  yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang  masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu  yang tertinggi di dunia.

Semoga artikel ini bisa merubah pola pikir kita semua terutama bangsa ini untuk lebih maju.Semoga bermanfaat....

sumber :Romi Satria Wahono

Comments :

0 komentar to “10 Resep Sukses Bangsa Jepang”

Posting Komentar